Kota Pasuruan
Kota Pasuruan adalah ibu kota Pasuruan, Jawa Timur, terletak di persimpangan jalur regional Surabaya-Probolinggo-Malang. Orientasi Wilayah Kota Pasuruan memiliki wilayah seluas 35,29 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 158.864 jiwa (Sensus Penduduk 2000). Wilayahnya terdiri dari 3 kecamatan,
19 kelurahan dan 15 desa. Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo, Purworejo, dan Bugulkidul. Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (16,24 km²), sedang untuk Gadingrejo dan Purworejo masing-masing 10,46 km² dan 8,59 km². Penduduk No. Kecamatan Luas (km²) Jumlah Kepadatan 1. Gadingrejo 10,46 55.371 5.294 2. Purworejo 8,59 57.371 6.679 3. Bugulkidul 16,24 46.122 2.840 Total 35,29 158.864 4.502 Sumber: Litbang Kompas diolah dari Badan Pusat Statistik Kota Pasuruan, 2002
Kota Pasuruan merupakan wilayah datar, melandai dari selatan ke utara dengan kemiringan 0-1%, berada pada ketinggian 0-10 m di atas permukaan air laut, disebelah utara terdapat bagian yang agak cekung sehingga pembuangan airnya terlambat. 19 kelurahan dan 15 desa. Tiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gading rejo, Purworejo, dan Bugulkidul. Kecamatan Bugulkidul memiliki wilayah terbesar (16,24 km²), sedang untuk Gadingrejo dan Purworejo masing-masing 10,46 km² dan 8,59 km². Penduduk No. Kecamatan Luas (km²) Jumlah Kepadatan 1. Gadingrejo 10,46 55.371 5.294 2. Purworejo 8,59 57.371 6.679 3. Bugulkidul 16,24 46.122 2.840 Total 35,29 158.864 4.502 Sumber: Litbang Kompas diolah dari Badan Pusat Statistik Kota Pasuruan, 2002
Wilayah Kota Pasuruan merupakan dataran aluvium dari campuran bahan endapan yang berasal dari daerah tufvulkanis intermedier Pegunungan Tengger di sebelah selatan bukit lipatan dan Pasuruanan endapan berkapur Raci di bagian barat dan Grati di bagian timur.
Budaya
Sebagai sebuah kota yang dikenal dengan sebutan Kota Santri, seni
budaya di Kota Pasuruan banyak diwanai oleh cirri khas budaya Islami.
Daerah yang terbentang di hamparan pesisir ini memiliki keanekaragaman
kesenian daerah yang atraktif dan komunikatif dengan tata cara kehidupan
masyarakat, terutama masyarakat pedesaan dan nelayan. Selain kegiatan
seni modern, beberapa seni tradisional tetap dipertahankan hingga saat ini.
Sebagai wujud eksistensi para seniman di Kota Pasuruan membentuk
Dewan Kesenian Pasuruan ( DKP ) yang merupakan wadah pemersatu sekaligus
pembinaan dan pengembangan kreatifitas seni dan budaya. Berdirinya DKP
diharapkan dapat lebih meningkatkan apresiasi seni dan budaya di Kota
Pasuruan.
Makanan
Di
Pasuruan sendiri Bipang banyak ditemukan di hampir setiap pasar
tradisional, terutama Pasar Induk Pasuruan yang dekat dengan Pelabuhan
dan Stasiun Kota Pasuruan. Salah satu pabrik terbesar dan tertua pembuat
Bipang adalah pabrik Jangkar, sehingga kebanyakan masyarakat
mengidentikan Bipang dengan pabrik ini. Salah satu alasan pemilihan nama
Jangkar pun tak lepas dari warga sekitar pabrik yang kebanyakan
merupakan pelaut dan nelayan Pelabuhan Pasuruan*.
Pembuatan Bipang sendiri sebenarnya
cukup sederhana, yaitu dengan memanaskan beras dalam suhu tinggi hingga
mekar kemudian dicampur dengan gula cair dan vanili. Gula murni
digunakan bukan hanya sebagi pemanis, melainkan juga sebgai pengawet
Bipang. Setelah tercampur rata, Bipang dicetak dan dipotong-potong
sesuai keinginan. Dahulu Bipang identik dengan rasa vanila dan biasa
dibungkus dengan daun pisang. Akan tetapi dengan banyaknya permintaan
oleh-oleh khas Pasuruan, para produsen Bipang mulai menggunakan kemasan
plastik yang kedap udara agar lebih awet dan tidak mudah melempem. Rasa
Bipang pun kini mulai beragam diantaranya melon, cokelat, strawberry,
blueberry, durian dan juga kopi.
Di Pasuruan sendiri Bipang banyak ditemukan di hampir setiap pasar
tradisional, terutama Pasar Induk Pasuruan yang dekat dengan Pelabuhan dan
Stasiun Kota Pasuruan. Salah satu pabrik terbesar dan tertua pembuat Bipang
adalah pabrik Jangkar, sehingga kebanyakan masyarakat mengidentikan Bipang
dengan pabrik ini. Salah satu alasan pemilihan nama Jangkar pun tak lepas dari
warga sekitar pabrik yang kebanyakan merupakan pelaut dan nelayan Pelabuhan
Pasuruan.
Pembuatan Bipang sendiri sebenarnya cukup sederhana, yaitu dengan
memanaskan beras dalam suhu tinggi hingga mekar kemudian dicampur dengan gula
cair dan vanili. Gula murni digunakan bukan hanya sebagi pemanis, melainkan
juga sebgai pengawet Bipang. Setelah tercampur rata, Bipang dicetak dan
dipotong-potong sesuai keinginan. Dahulu Bipang identik dengan rasa vanila dan
biasa dibungkus dengan daun pisang. Akan tetapi dengan banyaknya permintaan
oleh-oleh khas Pasuruan, para produsen Bipang mulai menggunakan kemasan plastik
yang kedap udara agar lebih awet dan tidak mudah melempem. Rasa Bipang pun kini
mulai beragam diantaranya melon, cokelat, strawberry, blueberry, durian dan
juga kopi.
Di
Pasuruan sendiri Bipang banyak ditemukan di hampir setiap pasar
tradisional, terutama Pasar Induk Pasuruan yang dekat dengan Pelabuhan
dan Stasiun Kota Pasuruan. Salah satu pabrik terbesar dan tertua pembuat
Bipang adalah pabrik Jangkar, sehingga kebanyakan masyarakat
mengidentikan Bipang dengan pabrik ini. Salah satu alasan pemilihan nama
Jangkar pun tak lepas dari warga sekitar pabrik yang kebanyakan
merupakan pelaut dan nelayan Pelabuhan Pasuruan*.
Pembuatan Bipang sendiri sebenarnya
cukup sederhana, yaitu dengan memanaskan beras dalam suhu tinggi hingga
mekar kemudian dicampur dengan gula cair dan vanili. Gula murni
digunakan bukan hanya sebagi pemanis, melainkan juga sebgai pengawet
Bipang. Setelah tercampur rata, Bipang dicetak dan dipotong-potong
sesuai keinginan. Dahulu Bipang identik dengan rasa vanila dan biasa
dibungkus dengan daun pisang. Akan tetapi dengan banyaknya permintaan
oleh-oleh khas Pasuruan, para produsen Bipang mulai menggunakan kemasan
plastik yang kedap udara agar lebih awet dan tidak mudah melempem. Rasa
Bipang pun kini mulai beragam diantaranya melon, cokelat, strawberry,
blueberry, durian dan juga kopi.
Di
Pasuruan sendiri Bipang banyak ditemukan di hampir setiap pasar
tradisional, terutama Pasar Induk Pasuruan yang dekat dengan Pelabuhan
dan Stasiun Kota Pasuruan. Salah satu pabrik terbesar dan tertua pembuat
Bipang adalah pabrik Jangkar, sehingga kebanyakan masyarakat
mengidentikan Bipang dengan pabrik ini. Salah satu alasan pemilihan nama
Jangkar pun tak lepas dari warga sekitar pabrik yang kebanyakan
merupakan pelaut dan nelayan Pelabuhan Pasuruan*.
Pembuatan Bipang sendiri sebenarnya
cukup sederhana, yaitu dengan memanaskan beras dalam suhu tinggi hingga
mekar kemudian dicampur dengan gula cair dan vanili. Gula murni
digunakan bukan hanya sebagi pemanis, melainkan juga sebgai pengawet
Bipang. Setelah tercampur rata, Bipang dicetak dan dipotong-potong
sesuai keinginan. Dahulu Bipang identik dengan rasa vanila dan biasa
dibungkus dengan daun pisang. Akan tetapi dengan banyaknya permintaan
oleh-oleh khas Pasuruan, para produsen Bipang mulai menggunakan kemasan
plastik yang kedap udara agar lebih awet dan tidak mudah melempem. Rasa
Bipang pun kini mulai beragam diantaranya melon, cokelat, strawberry,
blueberry, durian dan juga kopi.
Di
Pasuruan sendiri Bipang banyak ditemukan di hampir setiap pasar
tradisional, terutama Pasar Induk Pasuruan yang dekat dengan Pelabuhan
dan Stasiun Kota Pasuruan. Salah satu pabrik terbesar dan tertua pembuat
Bipang adalah pabrik Jangkar, sehingga kebanyakan masyarakat
mengidentikan Bipang dengan pabrik ini. Salah satu alasan pemilihan nama
Jangkar pun tak lepas dari warga sekitar pabrik yang kebanyakan
merupakan pelaut dan nelayan Pelabuhan Pasuruan*.
Pembuatan Bipang sendiri sebenarnya
cukup sederhana, yaitu dengan memanaskan beras dalam suhu tinggi hingga
mekar kemudian dicampur dengan gula cair dan vanili. Gula murni
digunakan bukan hanya sebagi pemanis, melainkan juga sebgai pengawet
Bipang. Setelah tercampur rata, Bipang dicetak dan dipotong-potong
sesuai keinginan. Dahulu Bipang identik dengan rasa vanila dan biasa
dibungkus dengan daun pisang. Akan tetapi dengan banyaknya permintaan
oleh-oleh khas Pasuruan, para produsen Bipang mulai menggunakan kemasan
plastik yang kedap udara agar lebih awet dan tidak mudah melempem. Rasa
Bipang pun kini mulai beragam diantaranya melon, cokelat, strawberry,
blueberry, durian dan juga kopi.
Di
Pasuruan sendiri Bipang banyak ditemukan di hampir setiap pasar
tradisional, terutama Pasar Induk Pasuruan yang dekat dengan Pelabuhan
dan Stasiun Kota Pasuruan. Salah satu pabrik terbesar dan tertua pembuat
Bipang adalah pabrik Jangkar, sehingga kebanyakan masyarakat
mengidentikan Bipang dengan pabrik ini. Salah satu alasan pemilihan nama
Jangkar pun tak lepas dari warga sekitar pabrik yang kebanyakan
merupakan pelaut dan nelayan Pelabuhan Pasuruan*.
Pembuatan Bipang sendiri sebenarnya
cukup sederhana, yaitu dengan memanaskan beras dalam suhu tinggi hingga
mekar kemudian dicampur dengan gula cair dan vanili. Gula murni
digunakan bukan hanya sebagi pemanis, melainkan juga sebgai pengawet
Bipang. Setelah tercampur rata, Bipang dicetak dan dipotong-potong
sesuai keinginan. Dahulu Bipang identik dengan rasa vanila dan biasa
dibungkus dengan daun pisang. Akan tetapi dengan banyaknya permintaan
oleh-oleh khas Pasuruan, para produsen Bipang mulai menggunakan kemasan
plastik yang kedap udara agar lebih awet dan tidak mudah melempem. Rasa
Bipang pun kini mulai beragam diantaranya melon, cokelat, strawberry,
blueberry, durian dan juga kopi.
Di
Pasuruan sendiri Bipang banyak ditemukan di hampir setiap pasar
tradisional, terutama Pasar Induk Pasuruan yang dekat dengan Pelabuhan
dan Stasiun Kota Pasuruan. Salah satu pabrik terbesar dan tertua pembuat
Bipang adalah pabrik Jangkar, sehingga kebanyakan masyarakat
mengidentikan Bipang dengan pabrik ini. Salah satu alasan pemilihan nama
Jangkar pun tak lepas dari warga sekitar pabrik yang kebanyakan
merupakan pelaut dan nelayan Pelabuhan Pasuruan*.
Pembuatan Bipang sendiri sebenarnya
cukup sederhana, yaitu dengan memanaskan beras dalam suhu tinggi hingga
mekar kemudian dicampur dengan gula cair dan vanili. Gula murni
digunakan bukan hanya sebagi pemanis, melainkan juga sebgai pengawet
Bipang. Setelah tercampur rata, Bipang dicetak dan dipotong-potong
sesuai keinginan. Dahulu Bipang identik dengan rasa vanila dan biasa
dibungkus dengan daun pisang. Akan tetapi dengan banyaknya permintaan
oleh-oleh khas Pasuruan, para produsen Bipang mulai menggunakan kemasan
plastik yang kedap udara agar lebih awet dan tidak mudah melempem. Rasa
Bipang pun kini mulai beragam diantaranya melon, cokelat, strawberry,
blueberry, durian dan juga kopi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar